PROFIL MI AL ISLAMIYAH GROJOGAN

Foto saya
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Terbina akhlak mulia dan terdepan dalam prestasi

FENOMENA PENGOBATAN ALTERNATIF

FENOMENA PENGOBATAN ALTERNATIF
BERENDAM DI AIR LIMBAH PG MADUKISMO DI BANTUL
DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI DAN SOSIOLOGIS
Penulis: Muh. Kuncoro, S.Ag.M.Pd
Kep.Sek. MI Grojogan Bantul

Kaum miskin saat ini sangatlah sulit untuk membayar biaya kesehatan yang sedemikian besar. Mereka hanya mampu membayar 5 ribu rupiah saja bukannya 50 ribu rupiah. Mereka berharap dengan biaya berobat yang murah dapat menyembuhkan semua jenis penyakit. Tapi realitanya biaya kesehatan dan obat yang sekarang ada di Indonesia sangatlah mahal. Oleh karena itu, banyak warga miskin yang ingin berobat untuk memperoleh kesehatannya, justru melakukan proses pengobatan ke dukun atau ahli pengobatan alternatif atau ketempat-tempat lainnya yang dianggap dapat menyembuhkan penyakitnya. Fenomena pengobatan alternatif dengan cara berendam atau kungkum di air limbah Pabrik Gula Madukismo di Bantul adalah salah satu contohnya. Air limbah yang berasal dari air pendingin mesin / radiator dan bekas air pengolahan tebu ini terkesan unik dan berbau takhayul. Keunikan dan unsur takhayulnya itu telah menghipnotis ribuan orang dari berbagai daerah di Bantul dan sekitarnya. Oleh sebab itu, ada yang beranggapan bahwa fenomena berendam di air limbah Pabrik Gula Madukismo di Bantul sebagai dampak akibat buruknya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Tapi anehnya, setelah diamati, ternyata yang melakukan terapi kungkum banyak juga yang berasal dari kalangan orang berada. Hal itu terlihat dari mobil tumpangannya yang bagus bagus bahkan ada yang berplat merah.
Ditinjau dari sudut ekonomi, ternyata kegiatan pengobatan alternatif dengan cara berendam di air limbah Pabrik Gula Madukismo di Bantul mendatangkan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Banyak kegiatan usaha warga sekitar dalam memanfaatkan fenomena ini yaitu penyediaan lahan tempat kendaraan / parkir, dagang, sewa tempat mandi, dan lain lain.

Fenomena pengobatan alternatif berendam di air limbah pabrik gula Madukismo dalam tinjauan sosiologi.
Menurut penulis, ada dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan. Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit. Orang yang mempersepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri, misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke, kangker dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.
Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia. Hal ini terbukti dengan banyaknya penderita penyakit-penyakit ini yang mengambil jalan alternatif dengan berikhtiar melalui pengobatan alternatif misalnya pengobatan alternatif berendam di air limbah pabrik gula Madukismo.
Penulis melihat bahwa perilaku ini ditentukan oleh sikap positif dan sikap negatif terhadap layanan kesehatan pemerintah kita. Sikap positif terhadap layanan kesehatan akan mendorong orang untuk memilih berobat ke layanan kesehatan, misalnya datang ke dokter, puskesmas atau rumah sakit begitupun sebaliknya, sikap negatif  terhadap layanan kesehatan akan mendorong orang untuk memilih berobat ke layanan kesehatan non medis seperti kedukun, therapi alternatif seperti pengobatan alternatif berendam di air limbah pabrik gula Madukismo ini.
Sedangkan terbentuknya sikap tersebut, salah satu aspek yang mempunyai peran besar adalah pengetahuan. Pengetahun sebagai fungsi sikap mempunyai peran besar dalam menentukan kemana seseorang akan mencari pengobatan. Kebanyakan mereka yang mempunyai pendidikan lebih bagus, cenderung untuk berobat ke layanan kesehatan profesional. Sedangkan yang pendidikannya kurang, cenderung berobat ke dukun dan pengobatan alternatif.
Sikap seseorang dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan (belief) masyarakat dimana individu berada. Sayangnya budaya mewariskan 2 kepercayaan (belief) yang mendukung perilaku pengobatan yang tidak rasional ini. Yang pertama adalah kepercayaan dimana banyak masyarakat percaya dengan simbol-simbol dan tanda-tanda  tertentu yang membawa tanda keberuntungan, misalnya adanya “sumur tiban” dan batu ajaib seperti punya Ponari si dukun cilik dari jombang. Kedua adalah kepercayaan supranatural yang kita warisi dari hikayat masyarakat kita, misalnya saja cerita tentang Bandung Bandowoso yang melempar perahu menjadi gunung, hikayat Malin Kundang yang berubah menjadi batu, Hikayat Istrinya Joko Tarub yang bisa menanak sebutir beras menjadi sebakul nasi, hikayat orang tua-tua kita yang dapat menyembuhkan banyak penyakit hanya dengan disembur air. Sikap yang demikian ini menjadikan orang berperilaku untuk mencari pengobatan diluar pengobatan medis menjadi tinggi. Kebanyakan dari mereka yang mencari pengobatan diluar pengobatan medis adalah para kaum miskin dan para penderita penyakit kronis/berat seperti penyakit diabetes dan stroke, mereka menjadi stress karena kenyataan untuk memberikan perawatan terhadap penyakit tersebut secara medis membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka tidak heran kalau mereka ini sampai menjadikan air limbah madukismo yang sarat dengan sisa-sisa bahan kimia berbahaya justru dijadikan sebagai obat penyakit.
Penulis pernah menanyakan kepada 13 (tiga belas ) orang dewasa yang melakukan pengobatan alternatif tersebut ternyata 9 ( sembilan ) orang menjawab ”mendingan”, (tidak menyatakan sembuh), 2 (dua) orang menjawab malah gatal-gatal, dan 2 (dua) orang lainnya menjawab tidak ada perubahan apa-apa. Menurut dr. Acik, orang yang berobat ditempat itu hanya mendapatkan efek placebo, yakni penderita merasakan kenyamanan yang sesaat , walaupun penyakit yang dideritanya tidak hilang begitu saja. Efek placebo sudah bisa dirasakan oleh pasien, bahkan sebelum mengunjungi seorang dokter. Sama halnya dengan orang yang datang ke tempat pengobatan alternatif itu. Setelah kungkum air limbah itu, ada orang yang langsung merasakan kesembuhan, meskipun belum ada pembuktian secara medis oleh pihak berwenang terhadap orang yang menyatakan sembuh tersebut.
Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada mengimbau masyarakat agar berhenti mandi atau berendam dengan air limbah Pabrik Gula Madukismo karena limbah itu mengandung zat-zat kimia seperti soda api, air raksa dan mikroorganisme yang berpotensi berakibat buruk pada tubuh manusia. Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (PSLH UGM) Eko Sugiharto mengatakan mikroorganisme, terutama bakteri, akan mulai tumbuh dalam limbah pabrik gula untuk menguraikan biochemical oxygen demand (BOD) yang terkandung di dalamnya. Bakteri-bakteri inilah yang berpotensi menimbulkan penyakit atau infeksi bila memasuki tubuh manusia. Apalagi, sebagian besar penyakit kulit menyebabkan kulit mengalami luka terbuka atau setidaknya lecet sehingga bakteri akan lebih mudah masuk.
Berhadapan dengan masyarakat yang tidak kritis ini, selalu saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Dalam kasus di pengobatan ini pasti ada orang yang menyebarkan berita ini, menghembuskan berita yang menguatkan keampuhan dan mengambil manfaat. Dari kasus di Madukismo orang-orang sekitar sangat diuntungkan mulai dari penyedia tempat parkir, menyediakan lahan untuk kungkum, menyewakan kamar mandi dan mendapatkan keuntungan ekonomis lainnya dari kegiatan itu. Ketika penulis bertanya kepada juru parkir, apakah mereka itu ikut kungkum? Jawabannya “tidak”.

Fenomena pengobatan alternatif berendam di air limbah Pabrik Gula Madukismo dalam tinjauan ekonomis

Ternyata dengan adanya fenomena pengobatan alternatif berendam di air limbah Pabrik PG Madukismo Kabupaten Bantul secara ekonomis mendatangkan keuntungan yaitu :
1.    Meski berbau menyengat, limbah cair Pabrik Gula Madukismo ternyata disukai petani di sekitarnya. Sebab, limbah tersebut menjadi sumber irigasi mereka. Volume limbah cair PG Madukismo berkisar 15-20 meter kubik per jam. Padahal pada musim giling selama delapan hingga sembilan bulan, aktivitas produksi berjalan non-stop 24 jam. Tidak hanya itu, limbah juga menggemburkan sawah petani, sehingga tidak perlu lagi dipupuk dengan TSP.  Air limbah itu juga membuat tanah lebih lunak, sehingga padi bisa tumbuh lebih maksimal. Karena tanahnya sudah gembur, maka  menurut pendapat Bapak  Jo Kemplo, tidak perlu lagi membeli pupuk TSP. Jadi bisa dihemat sekitar Rp 250.000 untuk lahan seluas 1.400 meter persegi.
2.    Pendapatan dari sektor parkir ternyata sangat besar, menurut penuturan anggota Paguyupan Parkir Terapi Limbah Madukismo (PAPATELIMA), Rohadi Setiawan, pada awal–awal terapi, sehari semalam mampu meraup uang 1,2 Juta rupiah, yaitu dari sektor Jln. Mrisi Rp. 600.000, dari sektor Jln Nyemengan Rp. 300.000 dan dari sektor Rogocolok Padokan Rp. 300.000,-
3.    Bermunculannya pedagang makanan dan minuman. Menurut pengamatan penulis ada kurang lebih 11 pedagang yang mengais rejeki ditempat ini, antara lain warung koboi, Es Kelapa Muda, Gorengan, bakso, mie ayam dan lain lain.
4.    Penyewaan Tempat Mandi. Usai therapi, sebagian ada yang langsung pulang tanpa mandi dengan air bersih dan  tidak sedikit pula ada yang menumpang mandi dirumah warga sekitar tempat itu dengan tarip Rp 2.000 perorang.


Kesimpulan
Fenomena pengobatan alternatif dengan cara kungkum di air limbah Pabrik Gula Madukismo memiliki keterkaitan langsung dengan tiga permasalahan yaitu masalah pelayanan kesehatan, keputusasaan terhadap penyakit yang dideritanya dan mistis. Yang pertama dikatakan memiliki keterkaitan langsung dengan masalah pelayanan kesehatan karena mahalnya berobat ke dokter atau rumah sakit. Yang kedua memiliki keterkaitan langsung dengan keputusasaan terhadap penyakit yang dideritanya karena sudah berobat secara medis tidak kunjung sembuh. Yang ketiga berkaitan dengan mistis karena masyarakat Jogjakarta yang masih memegang teguh pemikiran tradisional yang percaya akan hal – hal yang berbau mistis. Misalnya hikayat Ki Ageng Selo yang mampu menaklukkan petir kemudian berubah jadi batu dan dapat digunakan untuk menyembuhkan semua penyakit, kepercayaan sebuah cincin akik  yang mampu menyedot bisa ular dan kalajengking.
Dengan adanya kegiatan pengobatan alternatif dengan cara berendam di air limbah Pabrik Gula Madukismo di Bantul, berdampak ekonomis bagi masyarakat sekitar. Pembukaan lahan parkir dan pedagang kaki lima adalah contohnya.

Saran-Saran
b)    Karena secara ilmiah medis kegiatan pengobatan alternatif dengan cara berendam di air limbah Pabrik Gula Madukismo tidak terbukti, hendaknya pihak PG Madukismo mengimbau masyarakat agar berhenti mandi atau berendam dengan air limbah tersebut. Pihak pemerintah Kabupaten Bantul seharusnya juga mengambil peran serta menjadi pengawas, jadi punya hak untuk menegur Madukismo atau mengontrol Madukismo. Pemerintah harus berani mengaudit dan mengevaluasi limbah pabrik gula tersebut. Karena dikhawatirkan pihak Madukismo lemah info, artinya mereka juga tidak paham kandungan apa saja limbah tersebut, apakah membahayakan atau tidak.


c)    Masyarakat sekitar area / lokasi pengobatan jangan mencari dan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Dalam kasus di pengobatan ini, tentu saja ada agen-agen atau pihak-pihak yang menyebarkan berita ini, menghembuskan berita yang menguatkan keampuhan pengobatan ini dan mengambil manfaat ekonomis mulai dari penyedia tempat parkir, menyediakan lahan untuk kungkum itu. Oleh karena itu hentikan propaganda dan promosi dengan menyebarkan issu tentang keampuhan limbah karena memang tidak ampuh, bahkan terbukti dua orang tewas saat kungkum.


DAFTAR PUSTAKA