PROFIL MI AL ISLAMIYAH GROJOGAN

Foto saya
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Terbina akhlak mulia dan terdepan dalam prestasi

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MELALUI BUDAYA SEKOLAH

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN 
DI SEKOLAH MELALUI BUDAYA SEKOLAH
 
Oleh : Muhammad Kuncoro, S.Ag. M.Pd
(Kep. MI Grojogan Bantul)

Tuntutan terhadap pendidikan agar mampu mengantisipasi segala perubahan tak dapat dihindari. Pengelolaan sekolah tidak dapat diterapkan dengan sistem konvensional yang statis. Karena itu pendidikan idealnya melahirkan pribadi yang dapat menciptakan sistem sosial baru dengan nilai dasar dari budaya bangsa yang modern.
Strategi dasar kebijakan pendidikan nasional dewasa ini yang diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan diyakini sebagai alasan pengembangan sekolah - sekolah efektif. Disamping itu timbul kesadaran baru bahwa hasil belajar siswa tidak semata - mata dipengaruhi faktor bawaan siswa, seperti karakteristik, sosial ekonomi, ras, latar belakang keluarga, akan tetapi dibentuk juga oleh faktor organisasi sekolah.
Zaman industri ternyata melahirkan perubahan - perubahan besar dalam seluruh sistem masyarakat, termasuk keluarga , bisnis dan pendidikan. Sekolah efektif diartikan sebagai suatu sekolah yang mencapai hasil terbaik dengan sumber - sumber yang dimiliki dan tersedia. Sebab kegiatan lembaga atau individu dianggap efektif bila tujuan dan target tercapai dengan sumber daya
yang dimiliki. Dengan kata lain istilah efektif di dalam pengelolaan sekolah efektif tertumpu kepada percapaian hasil optimal dari sekolah.
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah adalah melalui pemberdayaan Budaya sekolah. Budaya sekolah dikembangkan untuk pengembangan potensi anak secara utuh dan optimal memerlukan strategi alternatif yang bertujuan menghasilkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan otak kiri dan kanan secara seimbang sehingga melahirkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga watak siswa serta mengacu pada Budaya sekolah dewasa ini yang lebih menekankan hal-hal yang terlihat daripada peningkatan mutu sekolah. Seperti peraturan harus memakai sepatu hitam, harus memakai ikat pinggang, dan aturan-aturan tetek bengek yang tidak penting lainnnya. Di sisi lain, pihak sekolah sangat teramat sulit untuk diminta bantuan dananya ketika ada siswa yang berniat mengembangkan kreativitasnya.
4 tingkatan umum kecerdasan yaitu : kecerdasan intektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan kecerdasan sosial.
Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan imtak.
Budaya sekolah yang harus diciptakan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah :
1. Budaya Keagamaan:
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlaqul Karimah) serta disiplin dalam berbagai hal.
Bentuk Kegiatan :
Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa bersama menyambut UN/US Tadarus dan Kebaktian, Sholat Dzuhur Berjamaah, Buka Puasa Bersama, Pengelolaan ZIS, PHBI,Studi Amaliah Ramadhan Hafalan Juz Amma, Budaya Bersih; Kegiatan Praktek Ibadah,
2. Budaya Kerjasama (Team Work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial melalui kegiatan bersama
Bentuk Kegiatan :
MOS, Kunjungan Industri, Baksos, Teman Asuh, , Kunjungan Museum, Pentas Seni, Studi banding, Ekskul, Pelepasan Siswa, Seragam Sekolah, Majalah Sekolah,
3. Budaya Kepemimpinan (Leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini
Bentuk Kegiatan :
Career Day; budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya Kreatif; Mandiri & bertanggung jawab, Budaya disiplin/TPDS, SAKSI, Lintas juang OSIS, Ceramah Umum, upacara bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi Kepemimpinan Siswa, LKMS, OSIS
Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan, seperti dua sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian membuat siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing.
Dalam penerapan kebijakan apapun sangat dipandang perlu menggunakan pendekatan budaya sekolah. Alasannya adalah : Pertama, pendekatan budaya lebih menitikberatkan faktor manusia di atas faktor-faktor
lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu proses perubahan berencana. Sesuai dengan pepatah man behind the gun, manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan perubahan, bukan struktur atau peraturan legal. Kedua, pendekatan budaya menekankan pentingnya peran nilai dan keyakinan dalam diri manusia. Aspek ini merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku. Karenanya, pendekatan budaya menomorsatukan transformasi nilai dan keyakinan terlebih dahulu sebelum perubahan yang bersifat legal-formal. Ketiga, pendekatan budaya memberikan penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Sikap menerima dan saling hormat menghormati akan menciptakan rasa saling percaya dan kebersamaan di antara anggota organisasi. Rasa kebersamaan akan memunculkan kerja sama, dan kerja sama akan mewujudkan sikap profesionalisme yang membawa perubahan sehingga mengubah nilai-nilai lama yang menghambat dengan nilai baru yang mendukung MBS.
Bila budaya sekolah dilaksanakan insya Alloh akan tercipta sekolah yang mempunyai karakter sebagai berikut :
1. Budaya untuk memiliki guru yang mempunyai kompetensi, dedikasi dan komitmen yang tinggi.
Guru sebagai agen pembelajaran dituntut mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran. Pasal 4 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Kompetensi diartikan Cowell (1988) sebagai suatu kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, dan terkait dengan profesi guru. Selain kompetensi, harus ada komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam menjaga sekolah agar tetap unggul. Komitmen dan dedikasi itu terlihat dari perilaku guru yang senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk terus belajar sepanjang hayat, dalam rangka mengembangkan potensinya menjadi guru profesional.
2.Siswa berprestasi lahir dari proses pembelajaran yang kreatif dan efektif. Sekolah harus dapat menciptakan siswa berprestasi yang dapat membawa nama baik sekolah di tingkat nasional maupun internasional. Karena itu adanya sebuah pembinaan jelas menjadi sebuah keharusan. Sekolah harus dapat menyeimbangkan otak kiri dan kanan siswa yang tercerminkan dari berjalannya kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler.
Budaya untuk memiliki siswa yang berprestasi.
Lihatlah dalam film Laskar Pelangi, bagaiman Mahar sang seniman alam itu mampu membuat sebuah kreativitas seni yang indah. Dia mampu untuk membuat sebuah kreasi seni budaya bangsa yang berupa tarian tradisional begitu hidup dan menarik. Lewat ide gila si Mahar, sekolah yang tak memiliki dana mampu bersaing dengan sekolah yang memiliki dana.